Minggu, 23 September 2012

Kura- Kura Brazil secara visual



Saya memilih objek untuk projek desain saya adalah kura-kura , memang kura-kura termasuk jenis binatang purba yang memiliki ratusan spesies di dunia dan beberapa spesiesnya pun terbilang langka .

Kura-kura sering digambarkan sebagai hewan yang pendiam dan lamban, namun ternyata tidak demikian dengan kura-kura brazil. Kura-kura brazil merupakan hewan asli dari daerah selatan Amerika Serikat. Di alam bebas kura-kura ini dapat hidup sampai 20 tahun, sedangkan dalam pemeliharaan yang baik, dapat hidup sampai 30 tahun,

Kura-kura brazil muda adalah hewan periang, suka keributan dan jarang tidur. Kura-kura brazil sangat lucu dan mempunyai bentuk Fisik yang indah. Hal ini membuat kura-kura brazil banyak ditangkarkan dan diperdagangkan. Kebanyakan kura-kura brazil cepat mati, bahkan dalam jangka waktu tidak sampai satu bulan. Untuk membudidayakan kura-kura brazil butuh cara pembudidayaan yang benar. inilah ulasan mengenai kura-kura brazil yang saya tangkap secara visual,

1.      Kura-kura Brazil pada kepalanya memiliki garis  merah tepat dibelakang matanya sehingga menyerupai telinga berwarna merah  yang disebut “ Red eared slider “ bentuk kepalanya lonjong dan memiliki leher yang cukup panjang

                     

2.      Warna corak tempurung nya hijau-kuning bergaris.Tempurung kura-kura brazil, pada saat bayi bersifat lunak dan berwarna hijau cerah serta memiliki pola garis kuning dan hitam. ada saat dewasa warna hijaunya akan memudar dan berubah menjadi coklat-hitam. Tempurung atas dipenuhi corak-corak terang maupun gelap. Tempurung bawah berwarna kuning dan juga dipenuhi corak-corak berwarna hitam tak beraturan

3.      Bentuk tempurungnya cenderung pipih dan oval. Semakin ia dewasa akan bertambah keras dan warnanya berubah semakin gelap warnanya . didalam tempurung nya terdapat susunan tulang sehingga tempurungnya mengikuti pertumbuhan fisik kura-kura

4.      Jari kaki belakangnya memiliki selaput seperti bebek karena ia hidup di air. Dan ia memiliki kuku yang cukup panjang dan tajam. Kuku pada jantan cenderung lebih panjang ketimbang betina


5.      Mata nya condong terletak dibawah sehingga terlihat ia sepeti selalu melihat kearah bawah

Belajar bahasa kura-kura :D



Disini saya mau share tentang beberapa kelakuan kura-kura yang saya miliki, kura-kura brazil saya berumur kisaran 3-4tahun sudah cukup besar, secara tidak sengaja kalau saya pikir mengenai beberapa kelakuannya ternyata ia seperti sedang menyampaikan sesuatu apa yang ia inginkan, bahasanya seperti saat ia merasa lapar / butuh makanan , atau bahkan ia sedang sakit. Secara tidak sengaja saya menangkap beberapa bentuk komunikasinya,

1.      Kura-kura yang saya miliki jika ia sedang merasa lapar ia akan memunculkan kepalanya ke luar air saat saya dekati ia akan mengikuti arah gerak tangan saya. Lalu ia akan terlihat lebih bersemangat ketika mendengar gemercik suara pellet(makanannya)

2.      Kalau ia membutuhkan untuk berjemur , biasanya kepalanya mengarah ke sumber cahaya. Kadang-kadang naik ke atas batu yang agak besar dan bersikap ingin mengeringkan diri.

3.       Kalau ia merasa terganggu , dan merasa stress ia akan berusaha menggigit tangan kita , dan ia akan buang air besar.

4.      Kalau sedang tidak merasa terganggu/stress kura-kura memendekkan lehernya seolah-olah bersembunyi , atau ketika ia sedang merasa takut dan berlindung bersembunyi dalam tempurungnya.

5.      Kalau sedang sakit ia seolah telihat seperti tidak ingin melakukan apa-apa ia hanya bersembunyi dalam tempurungnya, tidak mau makan dan buang air besar terus. Sebaiknya air yang dijadikan habitatnya sering kali diganti/dikuras agar ia selalu terhindar dari penyakit terutama jamur

Senin, 17 September 2012

Cara Budidaya Kura-Kura


Dalam hal penetasan telur kura-kura terbilang cukup rumit,  Hal ini terkait demikian rentan dan pekanya telur kura-kura terhadap kondisi lingkungan. Diperlukan juga kejelian untuk mengamati perkembangan telur-telur yang sedang dalam proses penetasan tersebut. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses budidaya kura-kura, khususnya dalam proses penetasan telur adalah :
  • Mempersiapkan media pengeraman yang tepat. Beberapa media yang bisa digunakan sebagai bahan pengeraman buatan di antaranya adalah pasir, peat moss, pupuk tanaman, atau juga vermiculite.
  • Tingkat kelembaban lingkungan. Suhu yang disarankan berkisar pada angka 26-28 derajat celcius. Hal ini bisa diketahui dengan cara meletakkan alat pengukur suhu pada lokasi penetasan.
  • Kehangatan suhu dalam media pengeraman.
  • Kestabilan posisi telur. Telur yang terlalu sering berpindah posisi, akan berdampak pada rusaknya embrio sehingga telur gagal menetas. Untuk itu, telur yang ditetaskan jangan sampai tertutup sepenuhnya dengan media eram.

    Sisakan sedikit bagian agar bisa terlihat kondisinya. Untuk mengetahui posisinya, tandai bagian yang terlihat tersebut menggunakan pensil. Sehingga jika posisinya berubah, bisa cepat diketahui.
  • Ada tidaknya telur rusak. Jika Anda menemukan telur yang rusak atau membusuk, harus cepat dipindahkan atau dibuang dari media penetasan. Jika tidak dilakukan berpotensi merusak telur lain yang sehat.


Selengkapnya: http://www.peliharaan.web.id/2011/01/hal-penting-dalam-budidaya-kura-kura.html#ixzz26VnYVlPj

Minggu, 16 September 2012

Sejarah Asal Mula Kura-Kura




  Vaqar Agimena Garba/Fotokita.net
                                          


Asal –usul kura-kura berevolusi antara 200-300 juta tahun yang lalu, kura-kura merupakan hewan yang lebih dekat dengan buaya dan burung dari pada dengan kadal dan ular.


Pengetahuan dasar tentang Kura-kura




Disini saya mau share mengenai pengetahuan dasar tentang kura-kura yang sebenarnya tidak terlalu diperhatikan oleh orang banyak,

kura-kura ternyata terbagi menjadi 3sebutan dibeberapa negara yaitu ; Turtle – kura-kura akuatik (air), Tortoise – kura-kura terrestrial (darat), dan Terrapin – kura-kura semi akuatik – adalah reptil ,hampir semuanya memiliki tubuh yang dilindungi oleh sebuah tulang khusus atau tempurung bertulang rawan yang terbentuk dari rusuknya. kura-kura adalah kelompok reptil tertua, dan kelompok yang paling purba dibandingkan kadal dan ular. Sekitar 300 spesies yang masih ada saat ini, kebanyakan terancam punah. 

Anatomi dan morfologi

kura-kura laut (penyu) memiliki ukuran yang lebih besar dibanding di darat dan di air tawar.
Chelonian terbesar adalah penyu laut, yakni penyu laut berpunggung bulu raksasa. Kura-kura air tawar umumnya lebih kecil, tapi spesies terbesarnya adalah labi-labi (kura-kura bertulang rawan) di Asia. Kura-kura darat (tortoise), Testudo, dan lainnya tersebar luas di seluruh dunia pada zaman purba, dan kini banyak terdapat di Amerika Utara dan Selatan, Australia, and Afrika. Mereka punah bersamaan dengan waktu kemunculan manusia, yang diduga bahwa manusia memburunya untuk makanan.
Kura-kura terkecil adalah kura-kura darat dari Afrika Selatan. Dua spesies kura-kura kecil lainnya adalah kura-kura lumpur dan kura-kura musk Amerika yang hidup di wilayah yang membentang antara Kanada hingga Amerika Selatan. Panjang tempurung dari banyak spesies dalam kelompok ini adalah kurang dari 13 cm.

Leher yang berlipat

Kura-kura dibagi menjadi dua kelompok, menurut pada bagaimana cara mereka menarik leher mereka ke dalam tempurungnya (sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh spesies purba Proganochelys): the Cryptodira, yang dapat menarik leher mereka dan melipatnya dibawah spine-nya; dan Pleurodira, yang dapat melipat leher mereka ke samping.

Kepala

Kebanyakan kura-kura yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di daratan memiliki mata yang selalu melihat ke bawah pada objek yang ada dihadapannya. Beberapa kura-kura air tawar, seperti kura-kura common dan labi-labi, memiliki mata yang lebih dekat ke bagian atas kepala. Spesies kura-kura ini dapat bersembunyi dari predator di perairan dangkal dimana mereka menenggelamkan seluruh badannya dalam air kecuali mata dan lubang hidungnya. Penyu laut memiliki kelenjar dekat matanya yang menghasilkan air mata bergaram yang berfungsi untuk membuang garam berlebih dari tubuhnya yang diambil dari air yang mereka minum.
Kura-kura memiliki keistimewaan berupa kemampuan penglihatan malam hari yang hebat yang disebabkan oleh sejumlah besar sel batang pada retina mereka. Kura-kura memiliki penglihatan warna dengan kekayaan subtipe cone dengan sensitivitas antara hampir Ultraviolet (UV A) hingga Merah.
Kura-kura memiliki sebuah mulut lebar yang kokoh. Kura-kura menggunakan rahangnya untuk memotong dan mengunyah makanan. Sebagai pengganti gigi, rahang atas dan bawah pada kura-kura dilapisi oleh deretan tulang yang keras. Kura-kura karnivora biasanya memiliki tulang yang berbentuk pisau tajam untuk mengiris-iris mangsanya. Kura-kura herbivora memiliki tulang yang ujungnya seperti gergaji untuk memotong-motong tanaman yang keras. Kura-kura menggunakan lidahnya untuk membantu mengunyah makanan, tapi mereka tidak dapat, tidak seperti kebanyakan reptil, menjulurkan lidahnya untuk menangkap makanan.

Tempurung

Tempurung kura-kura bagian atas disebut carapace. Tempurung bagian bawah yang membalutnya disebut plastron. Carapace dan plastron tersambung pada sisi-sisi kura-kura oleh strukur tulang yang disebut bridges. Lapisan bagian dalam pada kura – kura terbuat dari sekitar 60 tulang yang meliputi porsi tulang belakang dan rusuk, yang berarti bahwa kura-kura tidak dapat merangkak keluar dari tempurungnya.
Bentuk tempurung kura-kura memberi petunjuk yang sangat menolong mengenai bagaimana kura-kura tersebut hidup. Kebanyakan kura-kura darat memiliki tempurung yang besar dan berbentuk kubah yang membuat sulit bagi predator untuk menghancurkan tempurung diantara taring-taringnya. Satu dari sedikit pengecualian adalah kura-kura darat pancake Afrika yang memiliki tempurung yang lentur dan datar yang membuatnya dapat bersembunyi diantara repihan batu. Kebanyakan kura-kura akuatik memiliki tempurung yang datar dan beralur yang membantu dalam berenang dan menyelam.
Kura-kura darat, yang hidup di dataran, memiliki tempurung yang lebih berat. Kebalikannya, kura-kura akuatik dan labi-labi memiliki tempurung yang lebih ringan yang membantunya untuk tidak tenggelam dalam air dan berenang dengan laju yang lebih cepat. Tempurung yang lebih ringan ini memiliki sebuah ruang kosong besar yang disebut fontanelles diantara tulang-tulang tempurung. Tempurung pada penyu berpunggung bulu sangat ringan karena mereka memiliki sedikit scute dan terisi banyak fontanelles.

Kulit dan pergantian kulit

lapisan luar tempurung adalah bagian dari kulit, masing-masing scute (atau piring) pada tempurung merupakan sebuah sisik yang termodifikasi. Kura-kura akuatik dan terrapin tidak berganti kulit dalam satu kali proses, seperti yang dilakukan oleh ular, tapi secara berlanjut, dalam potongan-potongan yang kecil. Ketika berada dalam sebuah lingkup air, lembaran kecil kulit mati dapat dilihat dalam air . ketika telah berkerak, bahkan ketika hewan tersebut menggosok-gosokkan badannya pada sepotong kayu atau batu. Kura-kura darat juga berganti kulit, tapi sejumlah besar kulit mati dapat diakumulasi menjadi potongan tebal yang memberi perlindungan pada bagian-bagian tubuh diluar tempurung.
Scute pada tempurung tidak pernah berganti, dan, semakin lama terakumulasi, tempurung menjadi semakin tebal. Dengan menghitung lingkaran yang terbentuk oleh scute yang lebih tua dan lebih kecil di atas scute yang lebih muda dan lebih besar, memungkinkan kita untuk memperkirakan umur seekor kura-kura, bila kita mengetahui berapa banyak scute yang diproduksi dalam setahun. Metode ini kurang akurat, dikarenakan sebagian besar angka pertumbuhan tidak konstan, tapi juga karena sebagian scute terkadang jatuh dari tempurung.

Anggota badan

Kura-kura darat memiliki kaki yang pendek. Kura-kura darat terkenal memiliki gerak yang lamban, dikarenakan oleh tempurungnya yang berkubah dan berat tapi juga karena gaya berjalan merangkak yang tidak efisien yang mereka miliki, dengan kaki-kaki yang meregang satu sama lain
Kura-kura yang bersifat amfibi biasanya memiliki anggota badan yang sama dengan kura-kura darat tadi kecuali kaki mereka memiliki selaput jari dan biasanya memiliki kuku yang panjang. mereka senang berjemur. Kura-kura air tawar jantan lebih banyak memiliki kuku yang panjang, digunakan untuk merangsang betina saat kawin. Meskipun kebanyakan kura-kura air tawar memiliki kaki berselaput jari, beberapa kura-kura air tawar, seperti kura-kura moncong babi, memiliki kaki berbentuk dayung yang sejati, dengan jari-jari yang menyatu membentuk dayung dan kuku-kuku yang kecil. Spesies ini berenang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh penyu

Ekologi dan sejarah kehidupan

seluruh kura-kura air dan darat adalah reptil yang bernapas dengan paru-paru, harus naik ke permukaan pada waktu yang teratur untuk mengisi ulang paru-parunya dengan udara segar. Mereka juga bisa menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dataran kering.. Beberapa spesies memiliki lubang kloaka besar yang dipenuhi oleh banyak proyeksi-proyeksi yang berbentuk seperti jari. Kura-kura air dapat menyaring oksigen yang terkandung dalam air

Kura-kura adalah hewan yang bertelur, seperti reptil lainnya, dimana telurnya lembut dan berbulu.

Telur-telur dari spesies terbesar berbentuk bulat, sementara telur-telur jenis lainnya berbentuk lonjong. Albumennya berwarna putih dan mengandung protein yang berbeda dari telur burung, yang menyebabkan embrio tidak akan mengeras saat dimasak. Telur kura-kura mengandung hampir seluruhnya kuning telur. Pada beberapa spesies, suhu menentukan apakah embrio pada telur itu akan berkembang menjadi jantan atau betina: suhu yang lebih tinggi menyebabkan embrio berjenis kelamin betina, suhu yang lebih rendah menyebabkan embrio berjenis kelamin jantan. Sejumlah besar telur-telur disimpan dalam lubang galian dan dikubur dengan lumpur atau pasir. Telur-telur itu lalu ditutupi dan ditinggalkan untuk diinkubasi sendiri. Ketika bayi kura-kura lahir, mereka mencari jalan sendiri untuk mencapai perairan. Kura-kura bukan merupakan spesies dimana induk yang merawat anak-anaknya.
Kura-kura memakan waktu bertahun-tahun untuk mencapai usia kawin. Terkadang kura-kura hanya berkembang biak sekali dalam beberapa tahun atau lebih.

Sumber : http://www.reptilx.com/2008/09/29/pengetahuan-dasar-tentang-kura-kura/

kura-kura

Evolusi


Fosil kura-kura tertua kedua yang berasal dari Masa Trias (sekitar 210 juta tahun silam), Proganochelys, telah berbentuk mirip dengan kura-kura masa kini. Perbedaannya, tulang belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu membentuk tempurung yang sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang kurang lebih sejaman dengan dinosaurus. Archelon, misalnya, merupakan kura-kura raksasa yang diameter tubuhnya dapat mencapai lebih dari 4 m. Fosil kura-kura tertua yang ditemukan saat ini adalah Odontochelys yang ebrasal dari sekitar 220 juta tahun silam.
Banyak jenis kura-kura yang hidup sekarang mampu menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya, sehingga dapat menyelamatkan diri. Namun beberapa kura-kura primitif, seperti contohnya penyu, tak dapat menarik masuk anggota badannya itu.

Kebiasaan Hidup



Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar maupun di lautan.
Kura-kura tidak memiliki gigi. Akan tetapi perkerasan tulang di moncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.
Kura-kura termasuk salah satu jenis hewan yang berumur panjang. Reptil ini dapat hidup puluhan tahun, bahkan seekor kura-kura darat dari Kep. Seychelles tercatat hidup selama 152 tahun (1766 – 1918).


Kura-kura dan Manusia

Kura-kura secara tradisional merupakan hewan yang akrab dengan manusia. Mitologi Hindu menyebutkan bahwa bumi ini disangga oleh empat ekor kura-kura. Demikian pula, kisah kuno Adiparwa menceritakan bahwa kura-kura raksasa berperan penting menyangga gunung, yang diputar dan digunakan untuk mengaduk lautan, dalam mencari tirta amerta –air kehidupan.
Labi-labi juga menjadi hewan yang disucikan, sehingga kerap dipelihara di kolam-kolam kuil Hindu atau tempat suci lainnya. Karena itu, lukisan kura-kura kadang-kadang muncul pada relief candi atau makam.

Pada sisi yang lain, daging kura-kura dan penyu telah sejak lama dikenal sebagai makanan yang lezat. Beribu-ribu ekor labi-labi, kura-kura dan penyu, terutama penyu hijau, berakhir hidupnya setiap tahun di dapur restoran. Demikian pula nasib telur-telurnya, banyak yang akhirnya menjadi santapan manusia.

Sejenis penyu, yakni penyu sisik (Eretmochelys imbricata), diburu orang untuk diambil sisiknya yang indah sebagai bahan perhiasan. Bersama penyu sisik, beberapa jenis penyu yang lain juga kerap dibunuh dan dikeringkan (diopset) untuk dijadikan hiasan dinding.
Di samping itu banyak jenis kura-kura yang ditangkapi untuk diperdagangkan sebagai hewan timangan (pet). Baik karena keindahan warnanya, keunikannya, atau –ironisnya- kelangkaannya. Beberapa jenisnya dapat mencapai harga yang sangat mahal.

Dari semua bangsa kura-kura, hanya penyu yang telah dilindungi dengan cukup baik di Indonesia. Hampir semua jenisnya telah dilindungi oleh undang-undang. Banyak pantai peneluran penyu yang telah dimasukkan ke dalam kawasan yang dilindungi, seperti misalnya Pantai Sukamade di Jawa Timur dan Pantai Jamursba-Medi di Papua. Meski demikian, penangkapan penyu dan pengambilan telurnya masih juga berlangsung secara ilegal dan sulit dihentikan.

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran

"Chelonia" dari karya Ernst Haeckel Artforms of Nature, 1904
Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu.